Dulu, pernah ada cerita.
Ya,pernah ada sesuatu diantara kami. Sayangnya, kisah sedih lebih
banyak ketimbang bahagianya. Karena,aku terus mempertahankan sesuatu
yang sebenarnya tak layak dipertahankan. Hanya karena atas dasar cinta,
aku selalu mencoba memaklumi perbuatannya, memaafkan kesalahannya,
mempertahankannya. Padahal jika dinalar dengan akal sehat, aku sama saja
membuang-buang waktuku jika bersama orang itu. Orang itu, kamu.
Tak ada yang bisa kubanggakan dari seseorang yang hanya bisa menyakiti. Tak ada.
Sedangkan kamu membangga-banggakanku di depan teman-temanmu. Padahal
kamu tak sadar, perbuatanmu itu membuat seluruh temanmu makin tak
percaya bila kamu bisa-bisanya mendapatkanku. Entah apa yang ada
dipikiranmu. Kamu memperlakukanku biasa saja,tapi membangga-banggakan
statusmu sebagai pacarku di depan teman-temanmu. Kamu kira pacar itu
pajangan?
Tapi setidaknya, kamu beruntung. Beruntung ku cintai saat itu.
Karena sejengkel apapun aku kepadamu, semarah apapun aku kepadamu,
sekecewa apapun aku kepadamu, selalu saja bisa diri ini memaafkannya.
Apalagi alasannya kalau bukan karena cinta. Memang benar kata pepatah,
cinta itu buta.
Terkadang kita paham dia tak baik, dan akan berdampak buruk bagi
kita.Tapi jika sebelumnya kita mencintainya, sebermasalah apapun
dirinya.. pasti kita mampu memaafkannya. Kita selalu percaya dia dapat
berubah, walau sepertinya keyakinan itu mustahil terjadi. Benar.semua
itu atas dasar cinta.
Sayangnya, kamu tak pernah menghargai perjuanganku itu. Kamu lupa
kalau sebenarnya ada yang mati-matian mempertahankannya dikala dirinya
menyakiti orang itu. Kamu mendua.
Cinta itu untuk dua orang,bukan tiga. Cinta hanya untuk dua orang
yang saling mencintai, bukan untuk memberi ruang kepada orang ketiga.
Cinta itu hanya untuk aku dan kamu, bukan untuk dia juga. Cinta hanya
tentang Kita. Dan aku tak akan pernah ingin ada orang lain diantara
kita.
Tapi sayang, orang ketiga itu.. kau biarkan masuk begitu saja diantara kita.
Makin lama sakit ini makin menjadi. Rasa sakit ini makin nyata.
Bahkan terkadang aku lupa caranya tulus tersenyum tanpa berbohong. Ya,
aku terlalu sering memberi senyum palsu kepadanya. Aku selalu tersenyum
dikala hati menangis. Ini bukan munafik, aku hanya ingin tampil biasa
saja saat ada masalah. Agar tak merepotkan banyak orang, dan bukannya
tak mau menjelaskan kepada kamu tentang apa yang terjadi. Tapi menurut
pengalamanku saat aku bersama denganmu, kamu selalu tak mengerti dengan
apa yang kurasa. Dan kupikir, kamu tak akan mengerti tentang ini walau
ku jelaskan berkali-kali. Seperti biasa.
Dan, ada saat aku menyerah.
Aku telah sampai di titik puncak. Puncak dari batas kesabaranku.
Ya.. , aku memutuskan pergi. Aku lelah. Kumohon,jangan cintai
seseorang setengah-setengah hanya karena kamu mencintai yang lain juga.
Karena itu akan menyakiti keduanya. Dari pada terus bertahan tanpa
kejelasan, aku memilih pergi. Walau seribu kata maaf terucap dari
bibirmu, ku rasa luka ku terlalu dalam untuk terobati.
Hei.. coba kamu lihat dia ? dia saja yang bukan siapa-siapa mu
meneteskan air matanya saat kamu lebih banyak waktu untukku. Padahal
kamu bukan siapa-siapanya. Sedangkan aku? harusnya kamu tau, aku yang
pacarmu pastinya lebih dari menangis. Lebih dari itu saat tau kamu
mau-maunya merelakan waktumu dengan ku disita ,oleh kehadiran dia.
Kini, semua sudah berakhir. Kamu mulai mengejar-ngejar ku seperti
awal dulu ingin mendapatkanku. Bagai rengekan anak kecil yang minta
mendapatkan balon. Ini lucu. Kamu menyakitiku, lewat perbuatanmu, lalu
saat aku pergi, kamu memintaku kembali. Ini konyol. Padahal aku pergi
karena ulahmu sendiri.
Sudah-sudah, jangan mengejarku lagi. Tak capek? Aku saja yang selalu kau kejar lelah untuk dikejar.
Ya, itu ucapan yang ku ingat dulu. Aku secara tak langsung, dengan
bahasa kiasan mengatakan itu kepadamu. Dan kini... aku tau memang hak mu
mencari (pacar) yang lain. Tapi bisakah , bukan dengan dia ?
Bukan dengan orang yang menjadi penyebab berakhirnya hubungan kita?
Mereka kini bersama. Dua orang yang dulu sembunyi-sembunyi merahasiakan
hubungannya. Ini tentang kamu dan dia. Yang menyembunyikan semuanya
disaat kamu masih bersamaku. Sebisa mungkin ingin kamu membuatku selalu
berpikir bahwa aku satu-satunya. Tapi padahal, dibalik ini semua.. kamu
mendua dengan dia.
Dan sekarang, aku bukan mulai rela atau mulai ikhlas. Tapi aku
memang benar-benar telah ikhlas kalian bersama. Biarkan dia mengambil
kamu. Biarkan dia bahagia. Bahagia dengan kamu yang bisa-bisanya
menduakan orang yang ngakunya kau cintai. Bahagia dengan seseorang yang
tak setia. Kurasa dia sebenarnya juga tak ingin bahagia dengan seseorang
yang tak setia. Tapi.. Lengkap sudah. Seorang pengusik kini bersama
dengan seseorang yang tak setia.
Intinya,sifat rela dan ikhlas ini lah yang mebuatku mudah untuk move
on. Aku yakin, semua akan lebih baik. Aku telah bersama dengan
seseorang yang lebih baik dari kamu. Ia selalu mampu membuatku ingat.
Ingat bagaimana rasanya tersenyum karena dibahagiakan seseorang.
Kumohon. Jangan pernah kembali, kamu.
Untuk, masa lalu.
: )
Bukan galau, Τάƿĭ hanya nulis kisah biasa :D